Ini adalah sambungan dari Artikel part1 sebelumnya
“Al-Azhar? apa maksudnya Tanya Aldi keheranan.
Aku hanya tersenyum melihat Aldi yang keheranan. “Sebenarnya setahun lalu setelah KHS semester 2 telah dibagikan, aku pindah ke Al-Azhar, Cairo untuk melanjutkan kuliahku dan sekarang aku melakukan penelitian terakhir di Indonesia tepatnya di kota Malang ini
“Jadi, kamu gak kelihatan selama setahun ini karena kamu telah berhenti di kuliah ini yah, kok aku tidak tahu sih, kenapa kamu tidak memberitahu aku dan tidak memberi kabar sedikit pun kepadaku?” kata Aldi.
“Tidak ada yang perlu ku jelaskan padamu Aldi, dan semua alasanku tidak memberitahumu itu ku rasa tidak penting untuk kamu ketahui. Oh iya cukup sampai di sini aja yah Aldi, aku dan Kak Aziz ingin melakukan penelitian di sini,” ku akhiri perbincanganku dengan Aldi dan meninggalkannya pergi.
Aldi masih diam di tempat dengan raut wajah yang penuh kekecewaan. Di sepanjang jalan, aku diam saja tanpa kata.
“Maaf Zahra, Zahra ada masalah ya dengan Aldi? Jika Kakak perhatikan ada sesuatu di antara kalian,” Tanya Kak Aziz padaku. “Gak kenapa-kenapa kok Kak, kita lanjut penelitian aja yah,” jawabku.
“Ya udah deh,” Balas Kak Aziz.
Sebelum aku melakukan observasi di kampus lamaku ini aku memutuskan untuk bertemu dengan teman-temanku dulu, karena aku sangat kangen dengan mereka. Ku kirim sms kepada mereka semua untuk berkumpul di tempat biasanya kami kumpul dulu. Aku dan Kak Aziz teba dulu di tempat yang aku janjikan. Dari kejauhan, ku lihat teman-temanku menuju tempatku berada. Namun mereka berhenti dan tampak kebingungan, seakan-akan mencari sesuatu, “Ahh mungkin mereka tak mengenaliku dengan style pakaianku yang ala-ala muslimah ini, dengan jubah panjang, kerudung yang menutup setengah pinggang dan ditambah cadar yang menutup wajahku pasti inilah yang membuat mereka tak mengenaliku,” pikirku dalam hati. Akhirnya aku pun yang memutuskan untuk menghampiri mereka.
“Hei ukhty-ukhty yang cantik,” Sapaku pada teman-temanku.
“Kamu..kamu siapa?” Tanya Rara dan teman-temanku yang tampak kebingungan.
“Ih kalian benar-benar gak mengenaliku yah, jahat banget sih. Aku zahra. Masa gak kenal sih,” jawabku dengan cemberut.
“zahra? Yang benar aja,” kata Echa seakan tak percaya.
“Yah masih gak percaya juga ya. Oke akan ku lepaskan cadarku ini untuk membuktikan pada kalian,” Aku membuka cadarku sebentar untuk membuktikan pada mereka yang tak percaya padaku.
“Subnahanallah ini benar-benar zahra teman kita ya, 100% berubah banget kamu zah, “kata Nana.
“Hehe, yuk kita ke sana,” ajakku pada teman-teman sambil mengenalkan Kak Aziz pada mereka.
“Nah sesuai janjiku pada kalian, inilah oleh-olehku untuk kalian semua,” Ku berikan masing-masing satu mukena dengan motif bunga untuk teman-teman tercintaku.
“Terima kasih banyak zahra kami yang cantik,” kata mereka.
Tidak terlalu lama kami berbincang-bincang kami pun berpisah kembali karena mereka ada jadwal kuliah dan aku pun melakukan penelitianku dengan waktu yang tersisa ini. Setelah aku merasa puas melakukan penelitian di kampus lamaku ini aku dan Kak Aziz melanjut ke tempat-tempat lain. Singkat cerita. Lima hari telah ku lalui di Kota Malang, dan saatnya aku dan Kak Aziz pamit pada semua orang terdekatku di sini untuk kembali ke Cairo. Karena aku akan mempresentasikan hasil penelitianku ini dan jika berhasil aku pun melanjutkan Skripsi. Kami pun berangkat.
Sesampainya di Cairo, aku pamit Kak Aziz langsung pulang karena ingin menyiapkan berkas-berkas dokumenku untuk presentasi besok. Aku tidak langsung beristirahat melainkan aku sibuk dengan segala berkas-berkas dan merapikannya serapi mun agar presentasi ku besok berjalan dengan lancar dan maksimal. Besoknya aku langkahkan kakiku dengan semangat menuju kampus. Setibanya di kelas. Aku pun berdoa terlebih dahulu untuk kelancaran presentasi penelitianku. Di depan dosen-dosen aku pun mempresentasikan penelitianku denga detail. Setelah selesai aku pun mengucapkan puji syukur yang tak terhingga kepada Allah Swt, karena aku dinyatakan Lulus dengan nilai kamlaude di hasil penelitianku ini. Dan sekarang aku pun menyelesaikan tugas Skripsiku.
3 bulan kemudian
Skripsiku pun di-Acc oleh dosen pembimbingku. Dan inilah saatnya aku melaksanakan siding untuk memaparkan hasil skripsiku. Hatiku berdegup kencang saat ingin memasuki ruang siding. Karena di sinilah Titik puncak perjuanganku selama ini. Aku berharap hari ini adalah hari kebahagiaanku. Sebelum ku melangkahkan kakiku untuk memasuki ruang siding ini, Kak Aziz memberikan semangat yang tak henti kepadaku. Aku pun melangkahkan kakiku masuk ke ruang siding itu menatap seluruh ruangan dan mencoba untuk menenangkan diriku terlebih dahulu, setelah itu barulah aku memulai siding skripsiku. Alhasil, sebulan kemudian dipasang di papan pengumuman bahwa aku dinyatakan Lulus S1 pendidikan Bahasa Arab dengan nilai 3.957 dan dinyatakan sebagai mahasiswa terbaik di tahun ini. Di bulan Mei tepat di bulan kelahiranku, aku akan melaksanakan wisuda. Sebelumnya aku telah memberikan kabar baik ini kepada kedua orangtuaku dan keluargaku.
Hari ini adalah hari Wisudaku, dimana ini adalah hari yang sangat bahagia hari dimana hasil usaha dan perjuanganku terjawabkan. Kedua orangtuaku dan sanak keluargaku datang ke Cairo untuk menghadiri wisudaku. Betapa bertambahnya kebahagiaanku dengan kedatangan mereka di sini. Usai acara wisudaku, tak ku temukan Kak Aziz ada di sini aku sedikit merasa kecewa karena ketidakhadirannya di hari yang bahagia ini. Di saat aku mencari-cari sosok Kak Aziz, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang. Aku pun membalikkan badanku untuk mengetahui siapa yang menepuk pundakku ini.
“Selamat atas kesuksesanya Zahra, aku turut berbahagia atas kesuksesanmu,” kata Kak Aziz dengan senyuman manisnya yang membuatku terpesona. “Kak A-aziz..” jawabku agak terbata-bata. “Kok baru kelihatan Kak?” Kak Aziz hanya tersenyum dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Kemudian membukakannya untuk dan ternyata itu adalah sebuah cincin permata yang sangat indah.
“Zahra, maukah kamu menjadi istriku, sebagai pendamping hidupku dunia akhirat,” Kak Aziz melontarkan kata-kata itu untukku. Aku membisu sesaat dan mengeluarkan air mata kebahagiaan. Dan ku lihat di sampingku ternyata ada kedua orangtuaku, kedua orangtua Kak Aziz dan keluarga berkumpul sebagai saksi bahwa Kak Aziz meminangku hari ini tepat di hari wisudaku. Akhirnya dengan sekuat tenagaku, aku pun membuka mulutku untuk menjawab pertanyaan Kak Aziz.
“Aku mau Kak, aku mau menjadi istrimu dunia dan akhirat,” jawabku sambil meneteskan air mata kebahagiaan. Semua keluargaku, kedua orangtuaku dan kedua orangtua Kak Aziz tersenyum bahagia mendengar jawabanku. Dan Kak Aziz pun memasangkan cincin itu ke jari manisku.
“Kak,” lirihku pelan.
“Iya, ada apa Zahra?” Tanya Kak Aziz.
“Terima kasih banyak untuk semuanya, terima kasih Kak, sejauh ini Kak Aziz telah menemani dan mengisi hari-hari Zahra, selalu berbagi ilmu-ilmu agama padaku dan terima kasih Kakak mau menjadi imamku. Aku mohon kepada Kakak tolong tuntun dan bimbing Zahra menuju Syurga-Nya,” pintaku.
“Iya Zahra, Kakak akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu dan akan selalu berusaha menuntun dan membimbingmu menuju Syurga-Nya,” jawab Kak Aziz yang membuat sangat bahagia bisa memilikinya.
Setelah semua urusanku di Cairo selesai, aku dan calon suamiku, kedua orangtuaku, keluargaku, serta kedua orangtua Kak Aziz berangkat ke Malang untuk melangsungkan pernikahanku dan Kak Aziz. Rencananya aku dan Kak Aziz akan tinggal di kota Malang. Pernikahanku dan Kak Aziz akan berlangsung seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Di awal juni akan menyebarkan undangan pernikahanku ke semua teman-temanku. Untuk teman-teman di kampus lamaku, aku langsung menghampiri mereka ke kampus untuk berbagi undangan. Setelah semua teman-teman lokalku telah mendapatkan undanganku, aku pun pamit pulang. Namun sebelum aku ingin menemukan dua orang yang belum ku temui. Dua orang yang pernah membuatku kecewa, Rudy dan Aldi. Setengah jam aku dan Kak Aziz menunggu mereka di bundaran Taman di kampus lamaku ini, tapi tak kunjung aku menemukan mereka. Hampir saja aku menyerah tiba-tiba aku melihat Aldi yang sedang menuju Taman ini. Aku dan Kak Aziz pun menghampirinya untuk memberikan undangan pernikahanku padanya.
“Aldi,” sapaku.
“Iya zah, ada apa ya?” Tanyanya.
“Eh ada Kak Aziz juga, apa kabar Kak?” sapa Aldi pada Kak Aziz.
“Alhamdulillah baik Al, kalau kamu gimana?” jawab Kak Aziz.
“Alhamdulillah aku baik juga Kak,” balas Aldi.
“Ini undangan untukmu, mana Rudy?” Kataku.
“Undangan?” tanyanya, Aldi pun membaca undangan yang ku serahkan padanya.
“Kamu nikah sama Kak Aziz yah, selamat ya zah selamat ya Kak Aziz semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah,” kata Aldi dengan mata yang berkaca-kaca.
“Amiin ya Allah,” kataku dan Kak Aziz.
“Kak Aziz, bolehkah aku berbicara dengan Zahra sebentar?” Pinta Aldi.
“Iya silahkan,” sahut Kak Aziz.
“zah, maafkan aku yang telah membuatmu kecewa waktu itu, maafkan aku zah, semenjak kamu pindah ke Cairo aku mencari segala tentangmu tapi usahaku tidak berhasil, aku kangen kamu zah, aku sayang kamu zah, ku kira setelah aku menyelesaikan kuliahku ini aku bisa menikahimu tetapi takdir berkata lain, belum selesai aku menyelesaikan kuliahku, kamu dinikahi oleh orang lain yang ku pikir dia memang pantas untukmu. Itu saja zah,” tuturan perasaan Aldi yang membuatku iba mendengarnya.
“Maafkan aku Aldi, inilah jalan takdir kita. Percayalah di setiap doaku, aku selalu memuat namamu, semoga kamu mendapat kebahagiaan dan kesuksesan,” Jawabku menenangkannya. “Amiin, makasih zah,” balasnya.
“Aku nitip undangan ini ya untuk Rudy,” kataku.
“Jangan lupa datang ya Aldi, kehadiranmu sangat berarti buat kami,” kata Kak Aziz.
“Iya Kak, aku pergi dulu,” jawabnya singkat.
Aku dan Kak Aziz pun pulang ke rumah masing-masing.
Tepat di hari resepsi pernikahanku, aku dan Kak Aziz memakai gaun pengantin muslim modern yang indah dan kak aziz mengucapkan janji pernikahan dan aku bahagia
Tamat
Terima kasih sudah membaca artikel saya yang berjudul Aku Pergi Selamat Tinggal Part 1 dan Part2
#End
“Al-Azhar? apa maksudnya Tanya Aldi keheranan.
Aku hanya tersenyum melihat Aldi yang keheranan. “Sebenarnya setahun lalu setelah KHS semester 2 telah dibagikan, aku pindah ke Al-Azhar, Cairo untuk melanjutkan kuliahku dan sekarang aku melakukan penelitian terakhir di Indonesia tepatnya di kota Malang ini
“Jadi, kamu gak kelihatan selama setahun ini karena kamu telah berhenti di kuliah ini yah, kok aku tidak tahu sih, kenapa kamu tidak memberitahu aku dan tidak memberi kabar sedikit pun kepadaku?” kata Aldi.
“Tidak ada yang perlu ku jelaskan padamu Aldi, dan semua alasanku tidak memberitahumu itu ku rasa tidak penting untuk kamu ketahui. Oh iya cukup sampai di sini aja yah Aldi, aku dan Kak Aziz ingin melakukan penelitian di sini,” ku akhiri perbincanganku dengan Aldi dan meninggalkannya pergi.
Aldi masih diam di tempat dengan raut wajah yang penuh kekecewaan. Di sepanjang jalan, aku diam saja tanpa kata.
“Maaf Zahra, Zahra ada masalah ya dengan Aldi? Jika Kakak perhatikan ada sesuatu di antara kalian,” Tanya Kak Aziz padaku. “Gak kenapa-kenapa kok Kak, kita lanjut penelitian aja yah,” jawabku.
“Ya udah deh,” Balas Kak Aziz.
Sebelum aku melakukan observasi di kampus lamaku ini aku memutuskan untuk bertemu dengan teman-temanku dulu, karena aku sangat kangen dengan mereka. Ku kirim sms kepada mereka semua untuk berkumpul di tempat biasanya kami kumpul dulu. Aku dan Kak Aziz teba dulu di tempat yang aku janjikan. Dari kejauhan, ku lihat teman-temanku menuju tempatku berada. Namun mereka berhenti dan tampak kebingungan, seakan-akan mencari sesuatu, “Ahh mungkin mereka tak mengenaliku dengan style pakaianku yang ala-ala muslimah ini, dengan jubah panjang, kerudung yang menutup setengah pinggang dan ditambah cadar yang menutup wajahku pasti inilah yang membuat mereka tak mengenaliku,” pikirku dalam hati. Akhirnya aku pun yang memutuskan untuk menghampiri mereka.
“Hei ukhty-ukhty yang cantik,” Sapaku pada teman-temanku.
“Kamu..kamu siapa?” Tanya Rara dan teman-temanku yang tampak kebingungan.
“Ih kalian benar-benar gak mengenaliku yah, jahat banget sih. Aku zahra. Masa gak kenal sih,” jawabku dengan cemberut.
“zahra? Yang benar aja,” kata Echa seakan tak percaya.
“Yah masih gak percaya juga ya. Oke akan ku lepaskan cadarku ini untuk membuktikan pada kalian,” Aku membuka cadarku sebentar untuk membuktikan pada mereka yang tak percaya padaku.
“Subnahanallah ini benar-benar zahra teman kita ya, 100% berubah banget kamu zah, “kata Nana.
“Hehe, yuk kita ke sana,” ajakku pada teman-teman sambil mengenalkan Kak Aziz pada mereka.
“Nah sesuai janjiku pada kalian, inilah oleh-olehku untuk kalian semua,” Ku berikan masing-masing satu mukena dengan motif bunga untuk teman-teman tercintaku.
“Terima kasih banyak zahra kami yang cantik,” kata mereka.
Tidak terlalu lama kami berbincang-bincang kami pun berpisah kembali karena mereka ada jadwal kuliah dan aku pun melakukan penelitianku dengan waktu yang tersisa ini. Setelah aku merasa puas melakukan penelitian di kampus lamaku ini aku dan Kak Aziz melanjut ke tempat-tempat lain. Singkat cerita. Lima hari telah ku lalui di Kota Malang, dan saatnya aku dan Kak Aziz pamit pada semua orang terdekatku di sini untuk kembali ke Cairo. Karena aku akan mempresentasikan hasil penelitianku ini dan jika berhasil aku pun melanjutkan Skripsi. Kami pun berangkat.
Sesampainya di Cairo, aku pamit Kak Aziz langsung pulang karena ingin menyiapkan berkas-berkas dokumenku untuk presentasi besok. Aku tidak langsung beristirahat melainkan aku sibuk dengan segala berkas-berkas dan merapikannya serapi mun agar presentasi ku besok berjalan dengan lancar dan maksimal. Besoknya aku langkahkan kakiku dengan semangat menuju kampus. Setibanya di kelas. Aku pun berdoa terlebih dahulu untuk kelancaran presentasi penelitianku. Di depan dosen-dosen aku pun mempresentasikan penelitianku denga detail. Setelah selesai aku pun mengucapkan puji syukur yang tak terhingga kepada Allah Swt, karena aku dinyatakan Lulus dengan nilai kamlaude di hasil penelitianku ini. Dan sekarang aku pun menyelesaikan tugas Skripsiku.
3 bulan kemudian
Skripsiku pun di-Acc oleh dosen pembimbingku. Dan inilah saatnya aku melaksanakan siding untuk memaparkan hasil skripsiku. Hatiku berdegup kencang saat ingin memasuki ruang siding. Karena di sinilah Titik puncak perjuanganku selama ini. Aku berharap hari ini adalah hari kebahagiaanku. Sebelum ku melangkahkan kakiku untuk memasuki ruang siding ini, Kak Aziz memberikan semangat yang tak henti kepadaku. Aku pun melangkahkan kakiku masuk ke ruang siding itu menatap seluruh ruangan dan mencoba untuk menenangkan diriku terlebih dahulu, setelah itu barulah aku memulai siding skripsiku. Alhasil, sebulan kemudian dipasang di papan pengumuman bahwa aku dinyatakan Lulus S1 pendidikan Bahasa Arab dengan nilai 3.957 dan dinyatakan sebagai mahasiswa terbaik di tahun ini. Di bulan Mei tepat di bulan kelahiranku, aku akan melaksanakan wisuda. Sebelumnya aku telah memberikan kabar baik ini kepada kedua orangtuaku dan keluargaku.
Hari ini adalah hari Wisudaku, dimana ini adalah hari yang sangat bahagia hari dimana hasil usaha dan perjuanganku terjawabkan. Kedua orangtuaku dan sanak keluargaku datang ke Cairo untuk menghadiri wisudaku. Betapa bertambahnya kebahagiaanku dengan kedatangan mereka di sini. Usai acara wisudaku, tak ku temukan Kak Aziz ada di sini aku sedikit merasa kecewa karena ketidakhadirannya di hari yang bahagia ini. Di saat aku mencari-cari sosok Kak Aziz, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang. Aku pun membalikkan badanku untuk mengetahui siapa yang menepuk pundakku ini.
“Selamat atas kesuksesanya Zahra, aku turut berbahagia atas kesuksesanmu,” kata Kak Aziz dengan senyuman manisnya yang membuatku terpesona. “Kak A-aziz..” jawabku agak terbata-bata. “Kok baru kelihatan Kak?” Kak Aziz hanya tersenyum dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Kemudian membukakannya untuk dan ternyata itu adalah sebuah cincin permata yang sangat indah.
“Zahra, maukah kamu menjadi istriku, sebagai pendamping hidupku dunia akhirat,” Kak Aziz melontarkan kata-kata itu untukku. Aku membisu sesaat dan mengeluarkan air mata kebahagiaan. Dan ku lihat di sampingku ternyata ada kedua orangtuaku, kedua orangtua Kak Aziz dan keluarga berkumpul sebagai saksi bahwa Kak Aziz meminangku hari ini tepat di hari wisudaku. Akhirnya dengan sekuat tenagaku, aku pun membuka mulutku untuk menjawab pertanyaan Kak Aziz.
“Aku mau Kak, aku mau menjadi istrimu dunia dan akhirat,” jawabku sambil meneteskan air mata kebahagiaan. Semua keluargaku, kedua orangtuaku dan kedua orangtua Kak Aziz tersenyum bahagia mendengar jawabanku. Dan Kak Aziz pun memasangkan cincin itu ke jari manisku.
“Kak,” lirihku pelan.
“Iya, ada apa Zahra?” Tanya Kak Aziz.
“Terima kasih banyak untuk semuanya, terima kasih Kak, sejauh ini Kak Aziz telah menemani dan mengisi hari-hari Zahra, selalu berbagi ilmu-ilmu agama padaku dan terima kasih Kakak mau menjadi imamku. Aku mohon kepada Kakak tolong tuntun dan bimbing Zahra menuju Syurga-Nya,” pintaku.
“Iya Zahra, Kakak akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu dan akan selalu berusaha menuntun dan membimbingmu menuju Syurga-Nya,” jawab Kak Aziz yang membuat sangat bahagia bisa memilikinya.
Setelah semua urusanku di Cairo selesai, aku dan calon suamiku, kedua orangtuaku, keluargaku, serta kedua orangtua Kak Aziz berangkat ke Malang untuk melangsungkan pernikahanku dan Kak Aziz. Rencananya aku dan Kak Aziz akan tinggal di kota Malang. Pernikahanku dan Kak Aziz akan berlangsung seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Di awal juni akan menyebarkan undangan pernikahanku ke semua teman-temanku. Untuk teman-teman di kampus lamaku, aku langsung menghampiri mereka ke kampus untuk berbagi undangan. Setelah semua teman-teman lokalku telah mendapatkan undanganku, aku pun pamit pulang. Namun sebelum aku ingin menemukan dua orang yang belum ku temui. Dua orang yang pernah membuatku kecewa, Rudy dan Aldi. Setengah jam aku dan Kak Aziz menunggu mereka di bundaran Taman di kampus lamaku ini, tapi tak kunjung aku menemukan mereka. Hampir saja aku menyerah tiba-tiba aku melihat Aldi yang sedang menuju Taman ini. Aku dan Kak Aziz pun menghampirinya untuk memberikan undangan pernikahanku padanya.
“Aldi,” sapaku.
“Iya zah, ada apa ya?” Tanyanya.
“Eh ada Kak Aziz juga, apa kabar Kak?” sapa Aldi pada Kak Aziz.
“Alhamdulillah baik Al, kalau kamu gimana?” jawab Kak Aziz.
“Alhamdulillah aku baik juga Kak,” balas Aldi.
“Ini undangan untukmu, mana Rudy?” Kataku.
“Undangan?” tanyanya, Aldi pun membaca undangan yang ku serahkan padanya.
“Kamu nikah sama Kak Aziz yah, selamat ya zah selamat ya Kak Aziz semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah,” kata Aldi dengan mata yang berkaca-kaca.
“Amiin ya Allah,” kataku dan Kak Aziz.
“Kak Aziz, bolehkah aku berbicara dengan Zahra sebentar?” Pinta Aldi.
“Iya silahkan,” sahut Kak Aziz.
“zah, maafkan aku yang telah membuatmu kecewa waktu itu, maafkan aku zah, semenjak kamu pindah ke Cairo aku mencari segala tentangmu tapi usahaku tidak berhasil, aku kangen kamu zah, aku sayang kamu zah, ku kira setelah aku menyelesaikan kuliahku ini aku bisa menikahimu tetapi takdir berkata lain, belum selesai aku menyelesaikan kuliahku, kamu dinikahi oleh orang lain yang ku pikir dia memang pantas untukmu. Itu saja zah,” tuturan perasaan Aldi yang membuatku iba mendengarnya.
“Maafkan aku Aldi, inilah jalan takdir kita. Percayalah di setiap doaku, aku selalu memuat namamu, semoga kamu mendapat kebahagiaan dan kesuksesan,” Jawabku menenangkannya. “Amiin, makasih zah,” balasnya.
“Aku nitip undangan ini ya untuk Rudy,” kataku.
“Jangan lupa datang ya Aldi, kehadiranmu sangat berarti buat kami,” kata Kak Aziz.
“Iya Kak, aku pergi dulu,” jawabnya singkat.
Aku dan Kak Aziz pun pulang ke rumah masing-masing.
Tepat di hari resepsi pernikahanku, aku dan Kak Aziz memakai gaun pengantin muslim modern yang indah dan kak aziz mengucapkan janji pernikahan dan aku bahagia
Tamat
Terima kasih sudah membaca artikel saya yang berjudul Aku Pergi Selamat Tinggal Part 1 dan Part2
#End